Pages

Thursday, April 16, 2009

Pentingnya Konsentrasi

0

Akhir-akhir ini, perasaanku bercampur aduk. Bukan karena Adek yang pulang sambil jalan di pingir jalan dengan memasang tampang melas yang paling melas dari semua tampang melas yang pernah aku lihat dengan melas (sumpah, anak itu beneran kayak bolang, bocah ilang). Tapi kayaknya emang banyak hal yang menarik bulan ini. Aku merasa nggak sabar nunggu KTS bulan ini. Aku tegang pas ngeliat Manchester United main di Liga Champions. Aku kecewa Liverpool nggak lolos gara-gara Chelsea. Aku capek ngadepin UTS. Aku jatuh cinta pas dapet duit 500 lembaran (Lho?). Dan nggak tau kenapa, aku takut kalo lagi naek anjemnya pak Mul. Ya, itu baru sebagiannya, sebenernya masih banyak yang aku rasain akhir-akhir ini. Lalu, eksperimen edan-ku muncul. Gimana ya, kalo misalnya semua perasaan itu digabung ato di tuker? Jadi, pas sedih malah ketawa, pas seneng malah jijik dan muntah, dan pas jatuh cinta malah kebelet boker dan . . . tau kan, apa yang terjadi selanjutnya?

Gila aja. Pasti butuh konsentrasi yang sangat amat super besar sekali banget. Berkonsentrasi itu sulit. Jangankan buat belajar, ngapalin al-qur’an sama kitab-kitab yang lain secara bersamaan dalam waktu 1 hari aja aku nggak bisa (ya iyalah). Tentang kehilangan konsentrasi, aku punya banyak pengalaman menarik. Sebenernya nggak menarik, soalnya semuanya (sangat) memalukan. Salah satunya gini.

Sebelum pulang sekolah, kita, para murid busuk nggak tau diri melaksanakan tugas suci (meski nggak se-suci tugas suci versi Ghulam ‘n Acil), yaitu sholat ashar. Kita selalu naruh barang-barang kita diatas rak sepatu di depan salah satu ruang kelas di lantai satu. Seperti biasa, hal pertama yang aku lakukan adalah naruh tas diatas rak sepatu. Dan seperti biasa pula, aku melepas kaos kaki beserta sepatu, dan aku letakkan di rak sepatu. Namun tidak seperti biasa, aku berpaling ke arah lapangan dan secara tidak sengaja dan tanpa sadar, aku melepas sabukku. Rian, anak 8A yang saat itu lagi duduk di depanku, mungkin karena kaget dan (mungkin) juga takut, ia setengah berteriak, “Eit, mau ngapain lo?”. Dalam pikiranku: Oh, shit! Apa yang baru saja aku lakukan? Aku baru saja melepas konsentrasiku. Merasa beruntung tidak banyak yang melihat, aku malah ketawa habis-habisan. Dan Rian makin fobia sama orang yang jadi idola tikus-tikus got yang lagi ketawa di depannya kayak orang gila overdosis ini.

Sebenernya masih ada beberapa hal memalukan gara-gara kehilangan konsentrasi. Contohnya, aku hampir mencebloskan kaos kaki, uang, bahkan sepatuku ke tempat sampah. Untung ada pahlawan kesiangan, acil. Tapi, kadang-kadang orang malah suka manfaatin kondisi orang yang lagi lengah alias nggak konsentrasi. Kayak si mbah yang beraksi nggak lama sebelum bulan ini. Korbannya nggak lain adalah masterpiece kita, Bijak. Cuma satu kalimat yang diucapkan sama mbah. “Hei, jak! Selerekan lo yang belakang kok kebuka gitu sih?”. Melihat wajah mbah yang sepet dan kelihatannya serius, bijak langsung berusaha melihat pantatnya, maksudku melihat bagian belakang celananya. Bijak itu orang yang terobsesi sama militer. Harusnya dia tau kalo yang punya selerekan di belakang itu cuma rok cewek. Yang bikin aku, mbah, adek serta acil ketawa, bijak dengan wajah innocence menjawab, “nggak ada tuh, mbah”. Ya ampun, ini anak sebenernya terobsesi ama militer ato ama orang-orang yang dilatih militer di acara be a man sih?

Setelah puas ketawa, mbah ngejek, “Ya iyalah nggak ada. Lo bego banget sih? Lo kan nggak lagi pake rok,”. Setelah sadar dia lagi di kerjai sama mbah yang useless, bijak dengan meringis nggak jelas menghajar mbah dengan brutal.

Emang, kehilangan konsentrasi, buat kita nggak menyenangkan. Tapi kalo orang lain yang lengah, itu bisa jadi kenangan tak terlupakan. Makanya, minum Mizone dan selalu ingat, Waspadalah!

No Response to "Pentingnya Konsentrasi"

Post a Comment