Pages

Thursday, February 18, 2010

B . A . L . I (part.2)

1
Habis turun dari kapal dan masuk bis, bau itu uda nggak kerasa lagi. Entah gara-gara bau badan amin yang begitu pekat atau apapun itu, yang jelas siksaan itu udah berakhir. Baru nginjek tanah Bali, aku udah nyelesein satu masalah. Entah itu tanda baik atau buruk. Semoga aja nggak ada apa-apa lagi yang lebih buruk.

Setelah turun dari kapal, kita rombongan Spensix khususnya bis 1 langsung menuju rumah makan Madina (kalo nggak salah). Di situ kita makan ama bersih-bersih diri. Aku kurang setuju ama plan yang ini. Dulu, aku pernah singgah di rumah makan ini juga. Ya nggak jauh beda, aku juga bersih-bersih diri alias mandi di situ. Karena rame, akhirnya aku nggak dapet giliran mandi dan aku pasrah. Eh, sekarang mampir lagi di sini. Sebenernya nggak masalah, tapi habis itu kita langsung kunjungan ke SMP di Bali (aku lupa namanya. Hehe). Jadi, mau nggak mau harus mau mandi. Akhirnya, (sekali lagi) aku pasrah.

Habis solat subuh, sarapan dan mandi, aku langsung menuju bis dan santai-santai. Mumpung ada cahaya nembus kaca bis, walopun agak nggak sopan aku ama Mbing jemur handuk yang lumayan basah. Seenggaknya, itu upah dari bantuin temen-temen ngambil tas mereka (soalnya kita duduk di belakang). Nggak lama, bis berangkat. Kita semua udah siap pake baju batik, seragam kebanggaan kita. Selama perjalanan, aku agak ngerasa heran. Jalan yang kita lewati agak lumayan sedikit sempit. Nggak ada apa-apanya kalo dibandingin ama jalan Raya Gubeng. “Kalo jalannya sempit gini, sekolahnya seberapa?” pikirku. Akhirnya kita sampai di sekolah itu. Oke, sejauh ini semua berjalan seperti apa yang aku perkirakan. Gerbang sekolah kecil, halaman bersih dan kita disambut walopun cuma ama beberapa orang. Aku juga ngeliat lapangan yang di situ ada tiang benderanya. Mungkin buat upacara. Tapi lapangannya kecil banget, nggak ada apa-apanya dibanding punya spensix. Aku terus jalan diiringi rombongan bis 1. Ya, bis 1 emang dateng paling awal (nggak biasanya). Setelah aku masuk lebih dalem, aku terpaksa mengucap “World of Warcraft (WoW)” . yang aku liat di depan adalah lapangan bola yang seluas lapangan Hockey di Surabaya. Kakiku langsung geter-geter (gemeter maksutnya). Pengen rasanya langsung lari ngerebut bola dari anak-anak bali yang lagi latian dan dribble sejauh-jauhnya. Tapi nggak mungkin. Bukan gara-gara nggak mau disangka orang gila turun lapangan kayak pas PSSI lawan Oman, tapi karena ada Chibo didepan ku. Untung lapangannya masi keliatan (walopun dikit). Oke, bukan itu. Aku emang nggak mau ganggu latian mereka. Aku pengen ngelawan mereka dengan kondisi tim kami maupun mereka bener-bener siap (sportif mode: on). Tapi, habis itu aku ngeliat ke arah kiper tim B, Joko alias Bagas, dan aku tau ternyata tim kita nggak sepenuhnya siap.

Setelah liat-liat gedung sekolah yang luas dan fasilitasnya cukup lengkap, aku ngerjain tugas dari sekolah yang aku rasa nggak perlu aku sisipkan hasil laporannya di sini. Habis itu aku ama anak-anak sepak bola ‘nemu’ anak bali yang tersesat di kandangnya sendiri. Maksutnya, dia terperangkap di tengah-tengah anak-anak sepak bola yang cukup berandal ngerjain anak sekecil dia. Oke, intinya dia dikerjain ama kita. Dia dipaksa menerjemahkankata-kata dalam bahasa indonesia ke bahasa yang biasa dia pakai di bali atau bahasa bali. Emang nggak sulit buat dia apalagi dia orang bali. Tapi, buat kita yang stranger, itu adalah sebuah ‘pengetahuan’ yang luar biasa.
Setelah ditunggu-tunggu, akhirnya tiba saat kita menginjak lapangan hijau. Yang main pertama adalah tim B. Jujur, tim yang satu ini agak kacau. Skornya sampe 4-0 dengan kemenangan tuan rumah. Akhirnya, aku, Bijak, Tekek dan Angga diturunin buat bantuin tim B. Akhirnya kita bisa menjebol gawang mereka. Walopun skor 4-1 dengan akhir kekalahan, tim B sudah berusaha keras. Waktunya tim A maen. Sialnya, aku nggak pernah jadi starter. Akibatnya aku nggak kena foto sama sekali. Bener-bener sial. Tim A juga mengawali laga dengan penuh ketegangan pada awalnya. Kita kecolongan gol pertama. Tapi gol itu dibalas Bijak sesaat sebelum turun minum. Di babak kedua, aku maen lagi membela tim A menggantikan Diwa. Tapi, nggak ada perubahan. Emang sih, kita nggak menang. Tapi anggep aja pengalaman.

Habis kemas-kemas, kita denger berita tentang anak-anak basket. Yang cewek kalah. Tapi yang cowok ‘sementara’ menang. Waktu aku ketemu anak badminton, mereka tersenyum gembira (yang sebenernya lebih keliatan kayak senyum mesum). Ya, mereka sukses mempermalukan tuan rumah. Mereka menang telak. Nggak lama, aku denger dari temen kalo basket cowok kalah tipis. Wew. Udahlah, kalah tipis juga kan nggak jelek. Akhirnya kita meninggalkan sekolah itu dengan kemenangan tim badminton.

(Contine to Part.3)

1 Response to B . A . L . I (part.2)

February 26, 2010 at 9:59 AM

lanjuuuuut lam :D

Post a Comment