
Setelah turun dari kapal, kita rombongan Spensix khususnya bis 1 langsung menuju rumah makan Madina (kalo nggak salah). Di situ kita makan ama bersih-bersih diri. Aku kurang setuju ama plan yang ini. Dulu, aku pernah singgah di rumah makan ini juga. Ya nggak jauh beda, aku juga bersih-bersih diri alias mandi di situ. Karena rame, akhirnya aku nggak dapet giliran mandi dan aku pasrah. Eh, sekarang mampir lagi di sini. Sebenernya nggak masalah, tapi habis itu kita langsung kunjungan ke SMP di Bali (aku lupa namanya. Hehe). Jadi, mau nggak mau harus mau mandi. Akhirnya, (sekali lagi) aku pasrah.
Habis solat subuh, sarapan dan mandi, aku langsung menuju bis dan santai-santai.


Setelah liat-liat gedung sekolah yang luas dan fasilitasnya cukup lengkap, aku ngerjain tugas dari sekolah yang aku rasa nggak perlu aku sisipkan hasil laporannya di sini. Habis itu aku ama anak-anak sepak bola ‘nemu’ anak bali yang tersesat di kandangnya sendiri. Maksutnya, dia terperangkap di tengah-tengah anak-anak sepak bola yang cukup berandal ngerjain anak sekecil dia. Oke, intinya dia dikerjain ama kita. Dia dipaksa menerjemahkankata-kata dalam bahasa indonesia ke bahasa yang biasa dia pakai di bali atau bahasa bali. Emang nggak sulit buat dia apalagi dia orang bali. Tapi, buat kita yang stranger, itu adalah sebuah ‘pengetahuan’ yang luar biasa.
Setelah ditunggu-tunggu, akhirnya tiba saat kita menginjak lapangan hijau. Yang main pertama adalah tim B. Jujur, tim yang satu ini agak kacau. Skornya sampe 4-0 dengan kemenangan tuan rumah. Akhirnya, aku, Bijak, Tekek dan Angga diturunin buat bantuin tim B. Akhirnya kita bisa menjebol gawang mereka. Walopun skor 4-1 dengan akhir kekalahan, tim B sudah berusaha keras. Waktunya tim A maen. Sialnya, aku nggak pernah jadi starter. Akibatnya aku nggak kena foto sama sekali. Bener-bener sial. Tim A juga mengawali laga dengan penuh ketegangan pada awalnya. Kita kecolongan gol pertama. Tapi gol itu dibalas Bijak sesaat sebelum turun minum. Di babak kedua, aku maen lagi membela tim A menggantikan Diwa. Tapi, nggak ada perubahan. Emang sih, kita nggak menang. Tapi anggep aja pengalaman.
Habis kemas-kemas, kita denger berita tentang anak-anak basket. Yang cewek kalah. Tapi yang cowok ‘sementara’ menang. Waktu aku ketemu anak badminton, mereka tersenyum gembira (yang sebenernya lebih keliatan kayak senyum mesum). Ya, mereka sukses mempermalukan tuan rumah. Mereka menang telak. Nggak lama, aku denger dari temen kalo basket cowok kalah tipis. Wew. Udahlah, kalah tipis juga kan nggak jelek. Akhirnya kita meninggalkan sekolah itu dengan kemenangan tim badminton.
(Contine to Part.3)